Kami saat itu melakukan perjalanan pulang dari jamnas Asosiasi Honda CBR (AHC) di padang. Tujuan pulang kami ke Bekasi dengan jumlah rider 6 orang (ane, bro aat, bro radit, bro supri, bro andrian, bro derren). Rute yang kami lalui adalah lintas tengah.
Awalnya kami pikir di lintas tengah ini titik rawan (zona kurang aman untuk riding malam) hanya di lahat. Makanya kami kejar waktu agar lolos dari lahat ga lebih dari jam 5 sore. Akhirnya target kamipun tercapai. Kami keluar dari lahat jam 5 lewat 10an dan istrahat di salah satu minimarket di daerah muara enim. Rasanya lega sekali bisa keluar dari lahat jam segitu. Karena kami rombongan ber-6 ngerasain hal yang sama. Rasanya horor banget lewat sepanjang jalanan lahat.
Karena ane, bro andrian dan bro supri mengejar waktu untuk besoknya bisa masuk kerja, sedangkan bro aat, bro derren dan bro radit masih punya waktu panjang, kami bagi jadi 2 rombongan. Karena kami pikir sudah lewat jalur lahat dan jalanan selanjutnya aman2 aja.
Ane, bro andrian dan bro supri gass duluan dan lewat muara enim jam 7 - 9 an malem. Di perjalanan kami menemukan kejanggalan. Ada batu berukuran besar ada di tengah jalan dan ngga jauh dari situ ada kumpulan banyak orang di pinggir jalan. Tapi ane yakinkan dalam diri ane kalau itu cuman bekas longsoran aja dan orang2 rame2 itu cuman jalan biasa aja biar ngga terlalu panik di sepanjang jalan. Ga lama dari situ ada mobil plat B jakarta nyelip kami. Seabis nyelip, dia kayak jadi RC buat kami. Karena dia terus di depan kami dan ambil posisi jalan sebelah kanan, sehingga jalanan sebelah kiri bisa terlihat jelas oleh sorotan lampu mobilnya. Kamipun tak menyia-nyiakan kebaikan sopir di mobil itu. Kami riding seirama dengan mobilnya. Sampai kami ketemu pom bensin di batu raja, kami memutuskan untuk istirahat sebentar buat sekedar minum kopi, ngerokok, sholat dan mengurangi rasa capek.
Ga lama kami istirahat (kira-kira 10 menit), bro supri ditelpon sama bro eljo (member cbr lampung yang terus pantau kami selama riding di pulau sumatera)
Awalnya kami pikir di lintas tengah ini titik rawan (zona kurang aman untuk riding malam) hanya di lahat. Makanya kami kejar waktu agar lolos dari lahat ga lebih dari jam 5 sore. Akhirnya target kamipun tercapai. Kami keluar dari lahat jam 5 lewat 10an dan istrahat di salah satu minimarket di daerah muara enim. Rasanya lega sekali bisa keluar dari lahat jam segitu. Karena kami rombongan ber-6 ngerasain hal yang sama. Rasanya horor banget lewat sepanjang jalanan lahat.
Karena ane, bro andrian dan bro supri mengejar waktu untuk besoknya bisa masuk kerja, sedangkan bro aat, bro derren dan bro radit masih punya waktu panjang, kami bagi jadi 2 rombongan. Karena kami pikir sudah lewat jalur lahat dan jalanan selanjutnya aman2 aja.
Ane, bro andrian dan bro supri gass duluan dan lewat muara enim jam 7 - 9 an malem. Di perjalanan kami menemukan kejanggalan. Ada batu berukuran besar ada di tengah jalan dan ngga jauh dari situ ada kumpulan banyak orang di pinggir jalan. Tapi ane yakinkan dalam diri ane kalau itu cuman bekas longsoran aja dan orang2 rame2 itu cuman jalan biasa aja biar ngga terlalu panik di sepanjang jalan. Ga lama dari situ ada mobil plat B jakarta nyelip kami. Seabis nyelip, dia kayak jadi RC buat kami. Karena dia terus di depan kami dan ambil posisi jalan sebelah kanan, sehingga jalanan sebelah kiri bisa terlihat jelas oleh sorotan lampu mobilnya. Kamipun tak menyia-nyiakan kebaikan sopir di mobil itu. Kami riding seirama dengan mobilnya. Sampai kami ketemu pom bensin di batu raja, kami memutuskan untuk istirahat sebentar buat sekedar minum kopi, ngerokok, sholat dan mengurangi rasa capek.
Ga lama kami istirahat (kira-kira 10 menit), bro supri ditelpon sama bro eljo (member cbr lampung yang terus pantau kami selama riding di pulau sumatera)